METRO, WWW.LAMPUNGHEADLINES.COM - Seorang Pedagang Kaki Lima (PKL) pada Sumur Bandung Kecamatan Metro Pusat, mendapat perlakuan tragis (penganiayaan) dari pengamen yang bersifat premanisme, sekujur tubuh pedagang tersebut mengalami luka serius.
Kejadian berlangsung pada Sabtu (17/03/2018) dini hari pukul 01.00 saat Pedagang tersebut mempersiapkan dirinya untuk istirahat pulang ke rumah. Tetapi naas, nasibnya malah dipukuli hingga tersungkur oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab, biasa dikenal Pedagang sebagai pengamen berjumlah tiga orang, yang diketahui mereka campuran dari berbagai macam asalnya.
Dan saat wartawan lampungheadlines.com datang ke RSUD. A. Yani Kota Metro untuk konfirmasi keadaan tentang pedagang yang menjadi korban tersebut, Minggu (18/03/2018), Warjiono (41) yang terlihat masih merasa lemas dengan infusnya menjelaskan,
Kejadian berawal dari pengamen itu meminta barang dagangan saya yaitu ikan lele, dengan maksud untuk sodokan (dimakan bersama miras), enggak tak kasih dan disatu sisi pembeli lagi sepi, lalu dia meminta lagi sampai tiga kali tetap tidak saya beri, malah dia mengajak saya untuk berkelahi dan saya dipukuli oleh tiga orang dengan menggunakan gitar (kentrung) dan botol teh, setelah itu dia nantang-nantang Polisi, lalu saya panggil polisi dan setelah polisi datang dengan satu mobil patroli, mereka sudah pergi, kemudian satu orang sudah tertangkap oleh Polisi.
"Prilaku meminta dengan kasar seperti itu sudah seringkali terjadi mas, karena memang mereka ngamen disitu, bergaya Punk dan kemungkinan akibat pengaruh alkohol karena sering mabuk-mabukan disitu," jelas Warjiono kepada lampungheadlines.com .
Hampir semua tubuh saya terluka dari kepala sampai kaki, untuk kepala saya dijahit dengan dua lubang sama yang didada juga. Lalu untuk pengobatan, kami biaya sendiri dan tidak ada bantuan, dengan kisaran biaya yang lumayan besar bagi porsi kami sebagai pedagang karena terdapat luka dalam pada kepala saya.
Warjiono juga menerangkan, kalau ditempat saya itu ada empat atau lima retribusi yang harus saya bayar mas, setiap malamnya saya mengocek hampir lima belas ribu rupiah, dari sampah, lampu, keamanan dan lain-lain yang semuanya ada disitu. Dan untuk keamanannya orang wilayah setempat saja, ketika ada kejadian begitu menimpa saya mereka pun tak ada respon, pura-pura tidak tahu, karena mereka meminta uang keamanan dari sekitar jam tujuh sampai jam delapan lalu mereka pergi dan juga tidak ada pos disitu, sehingga rentan sekali peristiwa yang seperti saya alami ini terjadi, karena pada saat kejadian itu berlangsung orang-orang sekitar tidak ada yang perduli, mungkin mereka juga takut karena dibelakangnya ada apa dan ada apa lalu diteror.
"Saya berharap kedepannya untuk para pedagang di Sumur Bandung itu jangan dibuat rusuh oleh anak-anak ngamen, anak Punk, supaya aman dan tertib. Karena memang jika pada malam hari sering terjadi seperti itu. Dan untuk tingkat keamanannya itu bukan harus ditingkatkan, bahkan wajib ditingkatkan, karena Sumur Bandung itu terletak pada jantung Kota Metro. Kalau sering ada keributan, orang makan tidak nyaman, kesannya nanti orang menilai Metro ini negatif. Jadi kedepan semoga pedagangnya tenang dan yang makan juga nyaman," keluhnya dengan cemas. (chrdo)
0 Comments: